Pakan Mandiri, Inovasi Pembudidaya Jaga Eksistensi

Pakan Mandiri, Inovasi Pembudidaya Jaga Eksistensi

Foto: 
Juhari bersama anggota kelompoknya M Jalil dan Triadi-1

Harga pakan pabrikan yang terus melambung, memaksa para pembudidaya ikan memutar otak agar usaha tetap menguntungkan. Adapun yang diotak-atik adalah pakan karena memang merupakan komponen terbesar struktur biaya produksi.

 

Adalah Ahmad Juhari bersama 12 pembudidaya ikan lainnya yang tergabung di dalam Kelompok Perikanan (Poktan) Jaya Mandiri Lestari, Desa Margolestari, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan-Lampung. Ahmad Juhari sendiri sudah mulai melakoni budidaya ikan patin dan lele sejak 2017.

 

Pada awalnya pernah mencoba ikan mas dan nila tapi pertumbuhannya lambat karena airnya tidak bersirkulasi, seperti di pegunungan. Sementara ikan patin dan lele tetap ganti air tetapi bisa tujuh hingga 10 hari sekali guna membuang amonia dan zat-zat organik sisa-sisa pakan.

 

Pada awalnya Juhari menggunakan pakan pabrikan sepenuhnya, namun karena harga pakan pabrikan naik terus, sementara harga jual ikan stagnan maka ia berinovasi untuk memproduksi pakan mandiri.

 

“Pada 2017 harga pakan ikan (menyebut merek) masih Rp 10 ribu/kg, dan harga jual lele Rp 18 ribu/kg. Namun mulai 2018 harga jual lele turun menjadi Rp 17 ribu/kg, sebaliknya harga pakan malah naik. Jika tetap menggunakan pakan pabrikan dengan FCR 1,1 maka keuntungan tergerus,” ungkapnya kepada TROBOS Aqua yang menyambangi areal kolamnya, beberapa waktu lalu.

 

“Setelah saya amati pada ikan, harga pakan naik terus sementara harga jual ikan stagnan. Berbeda dengan ayam dan telur, harga pakannya naik, tetapi harga jual ayam dan telur juga ikut naik. Kalaupun harga ayam dan telur turun maka komponen terbesar pakannya berupa jagung juga merosot, seperti saat ini harga jagung dari kebun hanya Rp 3 ribu/kg, sementara harga jual telur tetap saja Rp 30 ribu/kg,” lanjutnya. 

 

Diterangkannya, dengan menggunakan pakan mandiri maka dari 1,5 kg pakan bisa menghasilkan 1 kg ikan. Dengan harga pakan mandiri Rp 7.500 maka keuntungan Rp 5.330/kg ikan. Sementara jika menggunakan pakan pabrikan dengan harga pakan Rp 12.600/kg dan FCR 1 maka keuntungan hanya Rp 4.150/kg ikan. Artinya ada peningkatan keuntungan Rp 1.180/kg ikan.

 

Maka, sambungnya, Poktan Jaya Mandiri Lestari yang beranggotakan 13 pembudidaya dari sebelumnya hanya 9 orang menggunakan pakan mandiri semua. Baik itu yang membesarkan lele maupun ikan patin.

 

Untuk bahan baku pakan, Juhari menyebutkan, terdiri dari SBM, MBM (tepung daging/tulang), bungkil sawit, kopra, bekatul, tepung jagung, tepung ikan diganti dengan ikan asin. Harga tepung ikan Rp 7 ribu/kg sementara ikan asin hanya Rp 5 ribu/kg.

 

Pengaturan persentase bahan baku (formulasi) dibantu oleh temannya Rudi yang bergerak di bidang pabrik hammer mill. Setelah ditentukan prosentase komposisi dari masing-masing komponen maka dilakukan uji lab guna menentukan kandungan protein dan lemak agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan patin dan lele. Untuk patin kandungan proteinnya minimal 25% dan lele minimal 30%.

 

“Pakan mandiri yang kami gunakan tergolong tidak jauh beda dengan pabrikan. Buktinya ikan yang kami hasilkan bisa masuk ke pabrikan untuk fillet. Artinya citarasanya tidak berasa tanah dan tetap daging putih,” jelas Juhari yang didaulat menjadi Ketua Poktan di dampingi anggotanya M Jalil dan Triadi.

 

Diakui Juhari, pihaknya pernah dapat masukan dari pembudidaya ikan lainnya untuk mengganti tepung ikan dan MBM dengan tepung magot. Hanya mereka belum mencobanya karena belum ada pemasoknya. Jika harganya lebih murah dan kandungan proteinnya lebih tinggi Juhari dan kawan-kawannya ingin mencobanya.

 

Saat ini Juhari memproduksi 150 kg pakan per hari untuk kebutuhan sendiri. Jika ditotal dengan kebutuhan anggota bisa mencapai 500 kg. “Jika ada pemasok ulat magot kering mereka membuka diri. Hanya mungkin untuk tahap awal dicoba satu kolam dulu guna mengetahui tingkat pertumbuhan, citarasa dan warna daging, khususnya untuk patin. Jika tidak berubah maka kami Poktan Jaya Mandiri Lestari membuka diri untuk bekerja sama dengan kawan-kawan peternak magot,” janjinya.

 

Untuk bibit patin, Poktan Jaya Mandiri Lestari dipasok dari Mika, hatchery ikan tawar di Metro Selatan. Kalau untuk bibit lele, Juhari sudah melakukan pembibitan sendiri guna memenuhi kebutuhannya dan anggotanya.

 

Saat ini produksi lele kolam Juhari sendiri rata-rata 2 ton/bulan dan patin 6 ton/3 bulan. Kalau untuk Poktan Jaya Mandiri Lestari, produksi lele sekitar 5,5 – 6 ton/bulan dan patin 50 ton/3 bulan. Lele sepenuhnya dijual lokal dan patin dijual lokal dan ke pabrik. Harga jual lokal patin Rp 18 ribu/kg dan lele Rp 17 ribu/kg. Kalau untuk pasar pabrik minimal berat 0,8 hingga 1,5 kg dan lokal minimal 0,5 kg/ekor.

 

Soal penyakit, Juhari mengatakan, sama saja jika menggunakan pakan pabrikan dan pakan mandiri. Apalagi sejak tebar hingga usia setengah bulan ia dan kelompoknya tetap menggunakan pakan pabrikan, selanjutnya baru pakan mandiri. Umumnya penyakit ikan yang sering menyerang adalah yang disebabkan bakteri Aeromonas.

 

Guna mencegahnya, mereka menambahkan bubuk bawang putih dan booster amino liquid ke dalam pakan dengan komposisi 2 sendok makan tepung bawang putih dan 0,5 liter booster untuk 1 kuintal pakan. Lalu pada musim hujan, dosis pakan juga dikurangi karena nafsu makan ikan menurun seiring turunnya suhu air kolam.  

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 142/ 15 Maret - 14 April 2024

 
Aqua Update + Inti Akua + Cetak Update +

Artikel Lain