Raup Untung Budidaya Nila Bioflok

Raup Untung Budidaya Nila Bioflok

Foto: By Pribadi


Dengan padat tebar ratusan ekor per meternya, budidaya nila teknologi bioflok mampu memberi margin untung hingga 40%

 

 

Hingga hari ini berbudidaya ikan nila dengan teknologi bioflok masih menjadi pilihan yang paling tepat bagi Edi Pramono dan Prima Eka Putra. Kepada Tim TROBOS Aqua, keduanya mengaku telah menerapkan budidaya nila dengan teknologi bioflok sedari awal memulai usaha. 

 

Kedua pembudidaya sepakat bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari budidaya nila bioflok nilainya dapat mencapai 25-35% dari modal yang dikeluarkan. “Bahkan keuntungannya pernah mencapai 40%. Cukup menggiurkan bukan?,” tegas Prima, sapaan akrab Prima Eka Putra.

 

Lima Keuntungan Bioflok Nila

Menurut Edi, sapaan akrab Edi Pramono, pembudidaya nila di daerah Blitar-Jawa Timur (Jatim), banyak keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan teknologi bioflok pada kegiatan budidaya nila. Pertama, pembudidaya tetap dapat melakukan budidaya meskipun berada di lokasi yang tergolong sulit air. 

 

“Teknologi bioflok sangat membantu dalam menghemat penggunaan air selama kegiatan budidaya berlangsung. Karena di budidaya dengan teknologi bioflok, pergantian air kolam sangat jarang dilakukan,” paparnya. Keuntungan kedua, lanjut Edi, FCR (Feed Conversion Ratio) selama budidaya dapat mencapai kisaran 0,9-1,2. 

 

Keuntungan ketiga, sambung Edi, berhubungan dengan lingkungan. Edi membeberkan, limbah buangan (buangan dasar) dari budidaya dengan teknologi bioflok bisa dimanfaatkan untuk pengairan lahan perkebunan atau pertanian. 

 

Sepakat, Prima pun merasakan keuntungan dari penerapan teknologi bioflok dalam kegiatan budidayanya. Khususnya dari pemanfaatan air buangan. 

 

“Di saya pun begitu, air bekas kegiatan budidaya tidak terbuang percuma. Air tersebut kerap diminta oleh tetangga sekitar farm. Menurut mereka air tersebut kaya nutrien sehingga sangat baik untuk disiram ke tanaman miliknya,” beber Prima yang berbudidaya nila dengan FCR rata-rata di kisaran 1.

 

Keuntungan keempat, Prima melengkapi, perihal padat tebar. “Di budidaya berteknologi bioflok, padat tebar bisa dilakukan dalam jumlah tinggi. Saat ini saya menerapkan budidaya nila dengan kepadatan 200 ekor per m3. Meski padat tebar tinggi, hasil panen tetap memuaskan loh. Tetap sesuai target,” Prima berbangga. 

 

Keuntungan kelima, Prima melanjutkan, soal rasa nila bioflok lebih unggul. Jika diperhatikan lebih seksama, maka akan tampak jelas perbedaannya antara nila teknologi bioflok dan konvensional.

 

Menurut Prima, nila bioflok berdaging tebal, tidak terlalu amis dan tidak beraroma tanah. Sementara, nila hasil budidaya dengan teknologi konvensional cenderung memiliki ketebalan daging yang biasa saja, berbau tanah disertai amis. “Daging nila bioflok terasa ada manis-manisnya gitu,” Prima berseloroh mencontohkan kalimat yang kerap diucapkan konsumennya.

 

Soal ketahanan ikan selama transportasi, kata Prima, nila hasil budidaya dengan teknologi bioflok tidak diragukan lagi. “Ini berdasarkan cerita pembeli yang berlangganan di saya yah. Mereka bercerita, selama transportasi menuju lokasinya, nila-nila tersebut tidak ada yang mengalami kematian. Meskipun kondisinya dibawa dengan menggunakan air keruh. Ikan tetap dalam performa terbaiknya,” ringkas Prima pemilik Shima Aquaculture yang berada di wilayah Cikadu, Purwakarta-Jawa Barat itu.

 

Kiat Kelola Air Bioflok 

Edi berujar, sebenarnya tidak banyak kiat khusus yang dilakukan di kegiatan budidaya ini. Kuncinya terkait dengan pengelolaan air dan ikan yang dibudidayakan. 

 

Kunci pertama, yaitu monitoring kualitas air. Monitoring kualitas air, himbau Edi, jangan sampai dilupakan. “Terutama pH serta kandung flok di air harus dipantau setiap harinya,” ucapnya.  

 

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 141/ 15 Februari - 14 Maret 2024

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 141/ 15 Februari - 14 Maret 2024

 
Aqua Update + Andalan Air Tawar + Cetak Update +

Artikel Lain