Jalan Berpasir Pemuliaan Nila di Mesir (1)

Jalan Berpasir Pemuliaan Nila di Mesir (1)

Foto: 


Food and Agriculture Organization (FAO) menerbitkan laporan yang berisi rekaman perjalanan pemuliaan nile tilapia (Oreochromis niloticus)di kampung asal ikan bersirip tajam itu.

 

Laporan bertajuk “Pelajaran dari Dua Dekade Perbaikan Genetik Ikan Nila di Afrika” itu menyajikan gambaran program pemuliaan ikan nila / tilapia di Afrika dengan fokus utama pada program pemuliaan genetically improved abbassa nile tilapia (GIANT) di Mesir. Dituliskan dalam pembukaan, akuakultur di Afrika semakin penting sejak awal abad kedua puluh satu karena berkurangnya hasil perikanan tangkap dan keberhasilan akuakultur di Asia dan Mesir.

 

Ikan nila pada 2020 dilaporkan oleh FAO sebagai ikan budidaya utama di dunia setelah ikan mas. Di Afrika, ikan nila mendominasi total produksi budidaya perikanan, diikuti oleh Clarias gariepinus (ikan lele Afrika). Fakta terbesarnya, Mesir adalah satu-satunya negara Afrika yang masuk dalam sepuluh besar produsen nila global. Ikan nila menyumbang hampir 70 % dari produksi perikanan budidaya Mesir.

 

Di Afrika, ikan nila dibudidayakan secara monokultur atau polikultur dengan ikan lele dumbo di kolam tanah yang diberi pupuk kandang semi-intensif dan diberi pakan tambahan (Charo-Karisa et al, 2006; El-Sayed, 2008). Pencapaian besar dalam budidaya ikan nila adalah pengembangan genetically improved farmed tilapia (GIFT), yang dikembangkan oleh WorldFish (sebelumnya dikenal sebagai International Centre for Living Aquatic Resource Management, ICLARM).

 

Program GIANT

Mesir, Ghana, Kenya, Malawi dan Zambia adalah negara pertama di Afrika yang melakukan program seleksi / pemuliaan yang mengadopsi teknologi GIFT,  didukung oleh WorldFish dan mitranya. Protokol teknologi GIFT diterapkan pada program GIANT di Mesir. Teknologi ini juga telah diterapkan pada O shiranus di Malawi, nila tutul tiga (O andersonii) di Zambia, nila strain Akosombo di Ghana dan di Kenya.

 

Protokol pemuliaan mempertimbangkan kisaran lingkungan budidaya yang tersedia dan sifat-sifat yang disukai, misalnya ukuran panen yang disukai konsumen. Sistem fungsional juga harus dibangun untuk menyebarkan induk nila yang dihasilkan pusat pemuliaan (inti pemuliaan) ke pusat penggandaan induk (breeding multiplication center, BMC) dan tempat pembenihan hingga akhirnya menjadi benih sebar untuk pembudidaya. Sistem ini juga menjadi media informasi, saran dan masukan dari pembenih dan pembudidaya kepada pusat pemuliaan.

 

Antar pelaku seringkali sering kali menuntut perbaikan sifat-sifat ikan yang berbeda. Misalnya saja, meskipun para pembudidaya pembesaran memilih ikan yang tumbuh cepat untuk mengurangi biaya produksi. Pelaku pembenihan lebih memilih nila dengan reproduktivitas tinggi dan sintasan larva yang tinggi untuk memaksimalkan produksi benih sebar. Maka penting juga untuk memperhitungkan korelasi respons antar sifat yang diseleksi.

 

Syaratnya, tersedia staf yang terlatih dengan insentif yang memadai dan ketersediaan fasilitas pembenihan yang diperlukan. Jika fasilitas tersebut belum tersedia, maka perlu dibangun atau direnovasi pada akhir tahun pertama. Idealnya, setiap tempat penetasan harus menerima indukan generasi baru setiap tiga tahun karena jika tidak, ukuran induk tumbuh terlalu besar.

 

Selanjutnya, inti dari program ini adalah pusat pemuliaan harus melepaskan setiap generasi terpilih ke pusat pembenihan. Namun karena pertimbangan biaya dan logistik, tidak semua generasi yang dihasilkan dapat disebarluaskan.

 

Program pemuliaan memerlukan waktu untuk terasa manfaatnya. Perencanaan jangka panjang, sumber daya keuangan dan manusia yang berdedikasi, merupakan kunci keberhasilan. Program pemuliaan seperti ini perlu dukungan politik tingkat tinggi agar bisa didanai oleh pemerintah.

 

Partisipasi Publik dan Swasta

Partisipasi sektor publik dan swasta merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan program ini. Selain dukungan langsung dari Pemerintah Mesir, beberapa lembaga pemerintah seperti Central Laboratory for Aquaculture Research (CLAR) juga terlibat dalam penyebaran strain yang telah ditingkatkan tersebut. Hal ini dilakukan dengan memobilisasi komunitas pembudidaya dan pembenih, untuk berpartisipasi dalam pelatihanbest practices. BMC dan tempat pembenihan milik pemerintah dan swasta direkrut melalui nota kesepahaman (MoU) untuk memasok benih di berbagai wilayah di negara ini.

 

BMC, sebagai pelaku pembiakan calon induk, menerima indukan langsung dari WorldFish Abbassa secara gratis, kecuali biaya transportasi/pengiriman yang harus mereka tanggung sendiri. BMC memproduksi indukan jenis kelamin campuran yang mereka jual ke tempat pembenihan (kebanyakan milik pribadi).

 

Studi on-farm dilakukan oleh swasta dan balai budidaya ikan milik pemerintah. Diharapkan pembenih dan pembudidaya akan memperlakukan ikan seperti petunjuk dari pelatih WorldFish dan CLAR. Selanjutnya catatan pengelolaan kolam serta data-data pokok budidaya (sintasan, pertumbuhan, penyakit, dll) akan dikumpulkan untuk meningkatkan program pemuliaan.

 

Selain mendapatkan calon induk, dukungan persiapan kolam untuk BMC juga diberikan jika diperlukan, meskipun terbatas. BMC tidak perlu menyetor hasil penjualan induk ke pusat pemuliaan di WorldFish Abbassa. Harapannya, para pemilik BMC  terdorong untuk secara konsisten menghasilkan generasi baru dan melakukan penyebaran galur unggul di seluruh Mesir.

 

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 142/ 15 Maret - 14 April 2024

Selengkapnya Baca di Majalah TROBOS Aqua edisi 142/ 15 Maret - 14 April 2024

 
Aqua Update + Andalan Air Tawar + Cetak Update +

Artikel Lain